selamat datang di my blog

Kamis, 04 Juni 2015



ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
ANEMIA



KELOMPOK 2
EKA SEPTI ERNIAWATI                                                                          (14150051)
UCI WIJAYANTI                                                                                        ( 14150052)
INDRAWATI                                                                                                ( 14150053)
ARIFAH PUJI ASTUTI                                                                               (14150054)
MELIATI                                                                                                       (14150055)
EKA MAGDALENA N.                                                                                (14150056)
ELLA ERMILIANI                                                                                      (14150057)
HERYANI DWI PUTRI R.                                                                          (14150059)
EVA NURDIANA                                                                                          (14150060)
LUH MERTASARI                                                                                       (14150061)







PRODI D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
 2015/2016



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  ini dengan baik. 
Adapun makalah  tentang “ ANEMIA “ ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta ,  APRIL  2015



                                                                                       Penyusun
 KELOMPOK 2





DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi ...................................................................................................................3
   BAB I ....................................................................................................................................4
            PENDAHULUAN ...........................................................................................................4
    BAB II ..................................................................................................................................5
             PENGERTIAN ...............................................................................................................5
             PENYEBAB ANEMIA ....................................................................................................6
             JENIS JENIS ANEMIA ...................................................................................................8
            FAKTOR ANEMIA .........................................................................................................11
            RESIKO ANEMIA ..........................................................................................................13
            PEMERIKSAAN ANEMIA ..............................................................................................13
            PENGOBATAN ANEMIA ...............................................................................................14
            PENCEGAHAN ANEMIA ...............................................................................................15
    BAB III .................................................................................................................................17
               KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL ..........................................................................17
               GEJALA ANEMIA .......................................................................................................20
               PENATALAKSANAAN .................................................................................................22
    BAB IV .................................................................................................................................25
              DIAGNOSA..................................................................................................................33
              EVALUASI....................................................................................................................33
              KATA PENUTUP ..........................................................................................................34
              DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................35

                 

     








BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan.
Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah.
Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan lainnya.
Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb)Kurang dari 10 gr% disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.
 Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal/ sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.






BAB II
PEMBAHASAN

B.   Pengertian Anemia

Anemia adalah Adalah suatu keadaan dimana jumlah Hemoglobin dalam darah kurang normal atau yang biasa di sebut dengan kurang darah. Anemia dapat terjadi karena sel darah merah yang mengandung terlalu sedikit Hemoglobin maupun karena jumlah sel darah yang tidak cukup.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan, ETIOLOGI  Sebagian akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi, dan sebagian lagi akibat sel darah prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Faktor penyebab lain meliputi: kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis,PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis: berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inflasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama adalah sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentukdalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
      Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglonin akan munculdalam plasma (hemogloninemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis: apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL) hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan inflamasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut
Anemia memiliki beberapa bagian di antaranya:
1.      Anemia ringan    : 9-10gr%
2.      Anemia sedang   : 7-8 gr%
3.      Anemia berat      :< 7 gr%
a.)    Penyebab anemia umumnya adalah :

1)       Kurang gizi (malnutrisi)
2)      Kurang zat besi dalam diet
3)      Malabsorbsi
4)      Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu , haid dan lain – lain.
5)      Penyakit-penyakit kronis : TBC , paru , cacing usus,malaria dan lain-lain.

Dalam kehamilan , jumlah darah bertambah (hiperemia / hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.


Perbandingan pertambahan tersebut adalah :
·         Plasma darah bertambah : 30%
·         Sel-sel darah bertambah : 18%
·         Hemoglobin bertambah : 19 %





b) Frekuensi
         Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara berkembang, yaitu 10-20%.
         1)pengaruh anemia terhadap kehamilan , persalinan , dan nifas.
·         Keguguran
·         Partus prematurus
·         Inersia uteri partus lama , ibu melemah
·         Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
·         Syok
·         Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
·         Infeksi intrapartum dan dalam nifas.
·         Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan . bahkan bisa fatal.
           2) pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
                      Hasil konsepsi (janin,plasenta,darah),membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah zat merupakan 1/10 dari seluruhbesi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa , dan sumsung tulang.
                       Selama masih mempunyai cukup persediaan besi,Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis,Hb akan turun. Ini ternyata pada bulan ke 5-6 kehamilan , pada waktu janin membuthkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
a)      Kematian mudigah (keguguran)
b)      Kematian janin dalam kandungan
c)      Kematian janin wkatu lahir (stillbirth)
d)     Kematian perinatal tinggi
e)      Prematuritas
f)       Dapat terjadi cacat bawaan
g)      Cadangan besi kurang
 c) klasifikasi anemia dalam kehamilan :
1)       Anemia defiensi besi (62,3%)
2)      Anemia megaloblastik (29,0%)
3)      Anemia hipoplastik (8,0%)
4)      Anemia hemoltik (sel sickle) (0,7%)
5)      Anemia difiensi besi.
     Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hopokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebab telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.
  d) pengobatan
              keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
1)      FNB Amerika serikat (1958) : 12mg-15mg-15mg
2)      LIPI Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemasan zat besi dapat diberikan per oral atau parental.
1)      Per oral : sulfas serosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3,4x 0,29 mg.
2)      Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absobrsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain : imferon , jectofer dan feriggen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.

Jenis-Jenis Anemia
      Anemia megaloblastik
                   Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrostik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12 . biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
  Pengobatan :
1)      Asam folik 15-30mg/hari
2)      Vitamin B12 3X1 tablet / hari
3)      Sulfas ferosus 3x1 tablet / hari
4)      Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah.

Anemia hipoplasti
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan :
·         Darah tepi lengkap
·         Pemeriksaan fungsi sternal
·         Pemeriksaan retikulosit

Gambaran darah tepi : normositik dan normokromik. Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat(sepsis), keracunan , dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan : mungkin pengobatan yang paling baik yaitu transfusi darah, yang perlu sering diulang.

             Anemia hemolitik
                           Anemia hemolitik disebbkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
1)       Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemoltik heriditer,talasemia , anemia sel sickle (sabit) , hemoglobinopati C,D,G,H,I,dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria.

2)      Faktor ekstrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis,keracunan zat logam , dan beserta obat-obatan , leukemia , penyakit hodgkin gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah kelelahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemoltik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini yidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.

Berikut akan dipaparkan mengenai apa yang perlu kita ketahui tentang penyebab, gejala, dan pengobatan anemia selama kehamilan:
Jenis Anemia Selama Kehamilan
Beberapa jenis anemia dapat terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah:
  • Anemia defisiensi zat besi
  • Anemia defisiensi folat
  • Anemia defisiensi Vitamin B12
Anemia defisiensi zat besi.
Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan.

Anemia defisiensi folat.
Folat, biasa juga disebut asam folat, termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir.

Anemia defisiensi vitamin B12.
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengkonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir.
Kehilangan darah selama dan setelah melahirkan juga dapat menyebabkan anemia.

Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan darah sebagai berikut :
A.    )  Komponen Bahan yang berasal dari makanan terdiri dari :
*      Protei, Glukosa, dan Lemak
*      Vitamin B12,B16, Asam folat dan vit,C

B.     )  Sumber pembentukan darah
*      Sumsung Tulang
C. )    Kemampuan Reabsorsi usu halus terhadap bahan yang di perlukan.
D. )   Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah      yang sudah tua di hancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk darah merah yang baru.
E. )    Terjadinya pendarahan Kronik ( menahun ) :
*      Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi)
*      Anemia Megabolastik (Kekurangaan Vitamin B12
*      Anemia hemolitik ( pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan.
*      Anemia Hipoplastik ( ganguan pemebentukan sel-sel darah
Faktor Risiko Anemia pada Kehamilan
Semua wanita hamil beresiko untuk menderita anemia, karena mereka memerlukan lebih banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi risiko akan lebih tinggi dalam situasi berikut:

Hamil dengan lebih dari satu anak (kembar)
  • Dua kehamilan berdekatan
  • Muntah banyak karena morning sickness
  • Kehamilan remaja
  • Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi
  • Mengalami masa berat sebelum hamil (fisik dan psikis)

Gejala Anemia Selama Kehamilan

Gejala yang paling umum dari anemia selama kehamilan adalah:
  • Kulit, bibir, dan kuku pucat
  • Merasa lelah atau lemah
  • Pusing
  • Sesak napas
  • Detak jantung yang cepat
  • Sulit berkonsentrasi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBe1yrYw7SCOpTz-muhQiDEEpOYev_ZxNQRn16Y1aIe0RDjrX-cyw0xCuryeYr31hqqaAorglxi5XKbx3c2LMQ7O-vAilV3nVZuAsnC179zwiba4C2Xq3F3W9nL3Qbj9CkMLMW-wombxg/s400/gejala.jpg

Pada tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas. Dan banyak diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan. Jadi, pastikan ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin.

Risiko Anemia pada Kehamilan
Anemia kekurangan zat besi yang parah atau tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko:
  • Bayi prematur atau berat lahir rendah
  • Transfusi darah (jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan)
  • Depresi pasca melahirkan
Defisiensi folat yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko:
  • Bayi prematur atau berat lahir rendah
  • Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak (neural tube defects)
Yang tidak diobati kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (neural tube defects).


Pemeriksaan untuk Anemia
Selama pemeriksaan kehamilan yang pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah biasanya meliputi:
  • Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh.
  • Pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglRpnT7USB1iM_0hGEwHKr-cg3ub7yTAOVJzkFdV2Icli33D8rARkhW1o87EkJYK-LajBp1MKVxZM96CHImBZFcniIzZrcIg2bPEjY6C0t9xwusloQHZCT-YPRtvuDjUS6drDE8eMkfkM/s400/pemeriksaan+kehamilan.jpg

Jika ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia karena kekurangan zat besi atau penyebab lain.
Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya.




Pengobatan Anemia
Jika seorang ibu hamil mengalami anemia selama kehamilannya, ia mungkin perlu untuk mulai mengonsumsi suplemen zat besi dan/atau suplemen asam folat di samping vitamin prenatal lainnya. Dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan untuk menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi asam folat dan zat besi dalam makanannya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-XT6uhR5jf-MNaWM_VaACNmByZOIK9TOfImbx3i0T6KGi6Eu7uieUYdUCgCHbjqYLWzoU9pqf1wpNFyBWRY2dbajcoprR2tb-25G9I5PO-KBSXW27l1P5La-T-uoO8Yn56ZCxALjFJpw/s400/suplemen.jpg

Selain itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa hemoglobin dan kadar hematokrit membaik.

Untuk mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar mengonsumsi suplemen vitamin B12.

Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti:
  • Daging
  • Telur
  • Produk susu









Pencegahan Anemia pada Kehamilan

Untuk mencegah anemia selama kehamilan, pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang dan tambahkan lebih banyamakanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuO4ckEjU4cuUVZMMCewZv8z62wzwZgnwMs8P7gg2TrUlHq8Nu0o5uw3HAH_lrVbQk4DHK1zTLI1277qd2Tw8FkmQS7nMvXpxPu3i0O8S9-nhYLW5nsZSJGzHyWafHbBPtg7FG3C91fQw/s400/vitamin.jpg

Targetkan setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi, seperti:
  • Daging merah, unggas, dan ikan
  • Sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam, brokoli, dan kale)
  • Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian
  • Kacang-kacangan, lentil, dan tahu
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian
  • Telur
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut termasuk:
  • Buah dan jus jeruk
  • Stroberi
  • Kiwi
  • Tomat
  • Paprika
Cobalah makan makanan tersebut pada saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi. Misalnya, sang ibu bisa minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk sarapan.

Selain itu, pilihlah makanan yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam folat termasuk:
  • Sayuran berdaun hijau
  • Buah dan jus jeruk
  • Roti diperkaya dan sereal
  • Kacang kering
MINUMAN PENCEGAH ANEMIA
·         14 g daun jelantang kering
·         14 g daun peterseli kering
·         14 g daun comfrey kering
·         14 g yelow dock kering
·         14 g daun pappermint
·         Masukkan herba ke dalam wadah dan tuangkan 4 cangkir air
·         Rendam dalam air panas (kurang dari 100 derajat Celcius) minimal selama 8 jam
·         Minuman ini merupakan sumber zat besi, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C terbaik
·         Mint berguna untuk memberikan rasa pada minuman
·         Minum sebanyak 4 gelas setiap hari selama 1 minggu setiap bulan


Penanganan :
·         Suplemen tersedia dalam bentuk zat besi fero dan feri
·         Bentuk fero adalah bentuk yang paling siap diabsorpsi
·         Elemen zat besi mengindikasikan jumlah zat besi yang tersedia untuk diabsorpsi
·         Anemia yang tergolong berat mengharuskan asupan suplemen zat besi harian (60-120 mg elemen zat besi 1 kali sehari)
·          
·         Efek samping :
·         Mual
·         Konstipasi
·         Diare
·         Kram
·         Fese berwarna hitam
Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat.

Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka sedang hamil dan menyusui.

BAB III
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

C.    DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.



D.     ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diit
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain




E    KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
      Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
     anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.       Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
Wanita memerlukan zat besi yang lebih tinggi dari laki-laki karna terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 dan 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr . Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menigkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.            Makin sering wanita hamil mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan semakin menjadi enemis


Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut :
Meningkatkan sel darah ibu                            500mgr Fe
Terdapat dalam plasenta                                 300mgr Fe
Untuk darah janin                                           100 mgr Fe
Jumlah
                                                                        900 mgr Fe
Jika persedian cadangan Fe minimal,maka setiap kehamilan akan menguras persedian Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.Pada kehamilan relatif terjadi anemia karna darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) Dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 Sampai 34 minggu .jumlah peningkatan darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Jika hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis. Dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10gr%.
Setelah persalianan dengan lahirnya plasenta dan pendarahan ,ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat di laksanakan dengan baik.






GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
       Gejala anemia pada kehamilan yaitu:

·         Ibu mengeluh cepat lelah,
·         Sering pusing,
·         Mata berkunang-kunang,
·         Malaise,
·         Lidah luka,
·         Nafsu makan turun (anoreksia),
·         Konsentrasi hilang,
·         Nafas pendek (pada anemia parah); dan
·         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

Petunjuk Absorpsi Zat Besi
Konsumsi suplemen zat besi di antara waktu makan atau 30 menit sebelum makan
Hindari mengkonsumsi kalsium dan magnesium bersama dengan zat besi
Konsumsi zat besi bersama dengan vitamin C (jus jeruk, jus tomat)
Masak makanan kaya zat besi dengan sedikit air, dalam waktu singkat
Zat besi yang berasal dari daging, unggas, dan ikan paling mudah diabsorpsi
  Darah : Elektroforisis hemoglobin

F.      PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL
        Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
              Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

G.      PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN
1.      Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2.       Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3.      Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4.      Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
5.      LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6.      Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7.      SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8.      Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
9.      Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10.  TBC serum : meningkat (DB)
11.  Feritin serum : meningkat (DB)
12.  Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13.  LDH serum : menurun (DB)
14.  Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15.  Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16.  Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
17.  Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18.  Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Laboratorium
Rumus: Ht = x 3; hb normal = 12-16 g/dl
Hitung darah lengkap dengan indeksnya (MCV,MCHC,RDW,retikolusit) MCV normal= 80-96.
Hitung retikulosit mengindasikan jumlah sel darah merah (SDM) yang imatur, meningkat 2-3 minggu setelah permulaaan terapi zat besi untuk anemia
Rentang hidup SDM = 120 hari

H.   PENATALAKSANAAN MEDIS

 Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

A.    Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2.      Kaji riwayat keluarga

B.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.      Morfologi
a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun masih normal.
d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan  di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
(b)   Kadar kosentrasizat besi serum
(c)    Kapasitas pegikat zat besi
(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)    Hitung trombosit
(g)   uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika.
(3)   Konsultasikan dengan dokter
(4)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.     Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2.      Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

.



BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A.    PENGKAJIAN
     Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.      Aktivitas / istirahat
      Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
       Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2.     Sirkulasi
     Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
      Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).



3.      Integritas ego
      Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
      Tanda : depresi.
4.     Eleminasi
      Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
     Tanda : distensi abdomen.
5.     Makanan/cairan
     Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
      Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6.     Neurosensori
       Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
        Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7.     Nyeri/kenyamanan
      Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8.     Pernapasan
     Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9.     Keamanan
     Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
       Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
      Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
      Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.   Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4.     Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
Anemia mikrositik: MCV <80, hipokromik, MCHC rendah
Anemia makrositik: defisiensi folat/B12, MCV >96, malabsorpsi B12 (kemungkinan kekurangan faktor intrinsik; diet vegetarian).
Anemia dapat berhubungan dengan volume darah keseluruhan/pengenceran darah, yi., kehamilan, hemoragi, dehidrasi
Tindak Lanjut
Ulangi pemeriksaan hitung darah lengkap dengan indeksnya dalam 2 minggu
Elektroforesis HB (dilakukan pada semua wanita keturunan Asia, Mediterania, Afrika)
Kepatuhan pasien
Parasit
Defisiensi folat
Penyakit kronis



No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil
Intevensi
Rasional

1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
1.      Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2.      Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3.      Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4.      Berikan lingkungan tenang.
5.      Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6.      Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
1.      Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2.      Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
3.      Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4.      Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5.      Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
6.      Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.

2.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
1.      Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2.      Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3.      Timbang berat badan tiap hari.
4.      Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5.      Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6.      Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7.      Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2.Besi dextran (IM/IV.)
1.      Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2.      Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.      Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.      Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5.      Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.      Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7.      Kolaborasi :
1. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2.      Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.

3.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
1.      Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2.      Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3.      Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4.      Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5.      Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
1.      Mencegah kontaminasi silang.
2.      Menurunkan resiko infeksi bakteri.
3.       Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.
4.      Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5.      Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

4.
Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
1.      Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
2.      Auskultas bunyi usus
3.      Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
4.      Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.
5.      Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
1.   Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2.   Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.   Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4.   Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.
5.   Menurunkan multilitas usus bila diare terjadi.




EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih dalamrentang normal pasien.
2.   Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau     mempertahankan berat badan yang sesuai.
3.      Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4.      Fungsi usus mulai kembali normal.























KATA PENUTUP

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Pada makalah ini penulis akan membuat makalah yang membahas tentang “ ANEMIA”. Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis.
Kepada para pembaca, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan bagi tulisan yang penulis buat ini. Karena penulis sendiri hanyalah manusia yang bisa melakukan kesalahan. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan makalah ini.
akhir kata semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian. Terima kasih.
















                                    DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.

Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Daftar pustaka: Jannah Nurul.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan : Kehamilan. Yogyakarta :ANDI
Frye, A.(2004). Holistic midwifery A comprehensive textbook for midwifery in homebirth practice. Portland,OR: Labrys pres. Smyth R.M.D, Alldred S. K., & Markham C. (2007). Amniotomy for shortening spontanneous labor (review). Cochrane Database of Systematic Reviews, 4(CD006167).
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegoor, C. L. (2004). Varney midwifery (4th ed.). Sudbury, MA: Jones and Bartlett.
Marmi.2014.ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar