ASUHAN
KEBIDANAN KEHAMILAN
ANEMIA
KELOMPOK
2
EKA
SEPTI ERNIAWATI (14150051)
UCI
WIJAYANTI (
14150052)
INDRAWATI ( 14150053)
ARIFAH
PUJI ASTUTI (14150054)
MELIATI (14150055)
EKA
MAGDALENA N. (14150056)
ELLA
ERMILIANI (14150057)
HERYANI
DWI PUTRI R. (14150059)
EVA
NURDIANA (14150060)
LUH
MERTASARI (14150061)
PRODI
D-III KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Adapun
makalah tentang “ ANEMIA “ ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya
penyusun mengharapkan makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Yogyakarta , APRIL 2015
Penyusun
KELOMPOK 2
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................2
Daftar Isi
...................................................................................................................3
BAB I
....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN
...........................................................................................................4
BAB II
..................................................................................................................................5
PENGERTIAN
...............................................................................................................5
PENYEBAB ANEMIA
....................................................................................................6
JENIS JENIS ANEMIA
...................................................................................................8
FAKTOR ANEMIA
.........................................................................................................11
RESIKO ANEMIA
..........................................................................................................13
PEMERIKSAAN ANEMIA
..............................................................................................13
PENGOBATAN ANEMIA
...............................................................................................14
PENCEGAHAN ANEMIA
...............................................................................................15
BAB III
.................................................................................................................................17
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
..........................................................................17
GEJALA ANEMIA
.......................................................................................................20
PENATALAKSANAAN
.................................................................................................22
BAB IV .................................................................................................................................25
DIAGNOSA..................................................................................................................33
EVALUASI....................................................................................................................33
KATA PENUTUP
..........................................................................................................34
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................35
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada saat sedang hamil, seorang calon ibu sering
mengalami anemia. Ketika ia mengalami anemia, darah sang ibu tidak memiliki
cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke jaringan.
Selama kehamilan, tubuh memproduksi lebih banyak
darah untuk menopang pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi
atau zat gizi lain tertentu, tubuh mungkin tidak mampu menghasilkan jumlah sel
darah merah yang dibutuhkan untuk membuat tambahan darah.
Adalah normal bagi ibu hamil menderita anemia ringan
dalam kehamilannya. Tapi beberapa orang mungkin mengalami anemia yang lebih
serius akibat dari rendahnya kadar zat besi atau vitamin atau dari alasan
lainnya.
Anemia dapat membuat sang ibu merasa lelah dan
lemah. Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak diobati, ia dapat
meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti kelahiran prematur.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang,
seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb)Kurang dari 10 gr%
disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.
Wanita tidak
hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%.
Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang
mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan
hemoglobin menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal/
sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian
Anemia
Anemia
adalah Adalah suatu
keadaan dimana jumlah Hemoglobin dalam darah kurang normal atau yang biasa di
sebut dengan kurang darah. Anemia dapat terjadi karena sel darah merah yang
mengandung terlalu sedikit Hemoglobin maupun karena jumlah sel darah yang tidak
cukup.
Secara fisiologis, anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan, ETIOLOGI Sebagian akibat
produksi sel darah merah tidak mencukupi, dan sebagian lagi akibat sel darah
prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Faktor penyebab lain meliputi: kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis,PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis: berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inflasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama adalah sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentukdalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglonin akan munculdalam plasma (hemogloninemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis: apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL) hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan inflamasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut
Faktor penyebab lain meliputi: kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis,PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (mis: berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inflasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama adalah sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang terbentukdalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglonin akan munculdalam plasma (hemogloninemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis: apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL) hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan inflamasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut
Anemia
memiliki beberapa bagian di antaranya:
1.
Anemia ringan :
9-10gr%
2.
Anemia sedang :
7-8 gr%
3.
Anemia berat :<
7 gr%
a.)
Penyebab anemia
umumnya adalah :
1)
Kurang gizi (malnutrisi)
2)
Kurang
zat besi dalam diet
3)
Malabsorbsi
4)
Kehilangan
darah yang banyak : persalinan yang lalu , haid dan lain – lain.
5)
Penyakit-penyakit
kronis : TBC , paru , cacing usus,malaria dan lain-lain.
Dalam kehamilan , jumlah darah bertambah
(hiperemia / hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel
darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah
:
·
Plasma
darah bertambah : 30%
·
Sel-sel
darah bertambah : 18%
·
Hemoglobin
bertambah : 19 %
b) Frekuensi
Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia
dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara berkembang, yaitu 10-20%.
1)pengaruh
anemia terhadap kehamilan , persalinan , dan nifas.
·
Keguguran
·
Partus prematurus
·
Inersia uteri partus lama , ibu melemah
·
Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
·
Syok
·
Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
·
Infeksi intrapartum dan dalam nifas.
·
Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah
4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan . bahkan bisa fatal.
2)
pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi (janin,plasenta,darah),membutuhkan zat besi dalam jumlah
besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu
sebanyak berat besi. Jumlah zat merupakan 1/10 dari seluruhbesi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam
hati, limpa , dan sumsung tulang.
Selama masih mempunyai
cukup persediaan besi,Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis,Hb akan
turun. Ini ternyata pada bulan ke 5-6 kehamilan , pada waktu janin membuthkan
banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi
adalah :
a) Kematian
mudigah (keguguran)
b) Kematian
janin dalam kandungan
c) Kematian
janin wkatu lahir (stillbirth)
d) Kematian
perinatal tinggi
e) Prematuritas
f) Dapat
terjadi cacat bawaan
g) Cadangan
besi kurang
c) klasifikasi anemia dalam kehamilan :
1) Anemia defiensi besi (62,3%)
2) Anemia
megaloblastik (29,0%)
3) Anemia
hipoplastik (8,0%)
4) Anemia
hemoltik (sel sickle) (0,7%)
5) Anemia
difiensi besi.
Anemia jenis ini biasanya berbentuk
normositik dan hopokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebab telah
dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.
d) pengobatan
keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah :
1) FNB
Amerika serikat (1958) : 12mg-15mg-15mg
2) LIPI
Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemasan zat besi dapat
diberikan per oral atau parental.
1) Per
oral : sulfas serosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3,4x 0,29 mg.
2) Parenteral
: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absobrsi di
saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau
intravena. Kemasan ini antara lain : imferon , jectofer dan feriggen. Hasilnya
lebih cepat dibandingkan per oral.
Jenis-Jenis
Anemia
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrostik atau pernisiosa.
Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena
kekurangan vitamin B12 . biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan :
1) Asam
folik 15-30mg/hari
2) Vitamin
B12 3X1 tablet / hari
3) Sulfas
ferosus 3x1 tablet / hari
4) Pada
kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
tranfusi darah.
Anemia
hipoplasti
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan :
·
Darah
tepi lengkap
·
Pemeriksaan
fungsi sternal
·
Pemeriksaan
retikulosit
Gambaran darah tepi : normositik dan
normokromik. Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis.
Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi
berat(sepsis), keracunan , dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Terapi dengan
obat-obatan tidak memuaskan : mungkin pengobatan yang paling baik yaitu
transfusi darah, yang perlu sering diulang.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik
disebbkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
1) Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia
hemoltik heriditer,talasemia , anemia sel sickle (sabit) , hemoglobinopati
C,D,G,H,I,dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria.
2) Faktor
ekstrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis,keracunan zat logam , dan beserta
obat-obatan , leukemia , penyakit hodgkin gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah kelelahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan
bergantung pada jenis anemia hemoltik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh
infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini yidak memberi hasil. Maka
tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.
Berikut akan dipaparkan mengenai apa
yang perlu kita ketahui tentang penyebab,
gejala, dan pengobatan anemia selama kehamilan:
Jenis
Anemia Selama Kehamilan
Beberapa jenis anemia dapat
terjadi selama kehamilan, diantaranya adalah:
- Anemia defisiensi zat besi
- Anemia defisiensi folat
- Anemia defisiensi Vitamin B12
Anemia
defisiensi zat besi.
Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh
tidak memiliki cukup zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang
cukup. Hemoglobin merupakan salahsatu protein dalam sel darah merah, dan ia
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Dalam anemia defisiensi zat besi, darah
tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan zat besi adalah penyebab
paling umum dari anemia pada kehamilan.
Anemia
defisiensi folat.
Folat, biasa juga disebut asam folat,
termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan folat untuk menghasilkan
sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat.
Selama kehamilan, wanita membutuhkan
folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak mendapatkan cukup dari
makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah
yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan folat bisa langsung
berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir.
Anemia
defisiensi vitamin B12.
Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk
membentuk sel darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak
mendapatkan cukup vitamin B12 dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi
cukup sel darah merah yang sehat. Wanita yang tidak mengkonsumsi daging,
unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar terkena kekurangan
vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir.
Kehilangan darah selama dan setelah
melahirkan juga dapat menyebabkan anemia.
Faktor
faktor yang mempengaruhi pembentukan darah sebagai berikut :
A. ) Komponen Bahan yang berasal dari makanan
terdiri dari :


B. ) Sumber pembentukan darah

C. ) Kemampuan Reabsorsi usu halus terhadap
bahan yang di perlukan.
D. ) Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas
sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah
yang sudah tua di hancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk
darah merah yang baru.
E. ) Terjadinya pendarahan Kronik ( menahun ) :




Faktor
Risiko Anemia pada Kehamilan
Semua
wanita hamil beresiko untuk menderita anemia, karena mereka memerlukan lebih
banyak asam folat dan zat besi dari biasanya. Tapi risiko akan lebih tinggi
dalam situasi berikut:
Hamil
dengan lebih dari satu anak (kembar)
- Dua kehamilan berdekatan
- Muntah banyak karena morning sickness
- Kehamilan remaja
- Tidak makan cukup makanan yang kaya zat besi
- Mengalami masa berat sebelum hamil (fisik dan psikis)
Gejala Anemia Selama
Kehamilan
Gejala yang paling umum dari anemia
selama kehamilan adalah:
- Kulit, bibir, dan kuku pucat
- Merasa lelah atau lemah
- Pusing
- Sesak napas
- Detak jantung yang cepat
- Sulit berkonsentrasi
Pada
tahap awal, anemia mungkin tidak memiliki gejala yang jelas. Dan banyak
diantara gejala yang dirasakan sering terjadi di masa kehamilan. Jadi, pastikan
ibu hamil untuk mendapatkan tes darah rutin ketika melakukan pemeriksaan
kehamilan, agar anemia dapat terdeteksi sedini mungkin.
Risiko Anemia pada
Kehamilan
Anemia kekurangan zat besi yang parah atau
tidak diobati selama kehamilan dapat meningkatkan risiko:
- Bayi prematur atau berat lahir rendah
- Transfusi darah (jika kehilangan sejumlah besar darah selama persalinan)
- Depresi pasca melahirkan
Defisiensi folat yang
tidak diobati dapat meningkatkan risiko:
- Bayi prematur atau berat lahir rendah
- Bayi dengan cacat lahir yang serius pada tulang belakang atau otak (neural tube defects)
Yang tidak diobati
kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan
cacat tabung saraf (neural tube defects).
Pemeriksaan
untuk Anemia
Selama pemeriksaan kehamilan yang
pertama, sang ibu akan mendapatkan pemeriksaan darah yang dapat membantu dokter
atau bidan memeriksa apakah ia mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan darah
biasanya meliputi:
- Pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan ini bertujuan mengukur jumlah hemoglobin - protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan tubuh.
- Pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan ini mengukur persentase sel darah merah dalam sampel darah.
Jika
ibu hamil memiliki kadar hemoglobin atau hematokrit lebih rendah dari tingkat
normal, ia mungkin mengalami anemia kekurangan zat besi. Dokter juga mungkin
akan memeriksa tes darah lainnya untuk menentukan apakah ia mengalami anemia
karena kekurangan zat besi atau penyebab lain.
Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya.
Bahkan jika seorang ibu hamil tidak menderita anemia pada awal kehamilan, dokter atau bidan kemungkinan besar akan tetap merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah pada trimester kedua atau ketiga untuk mendeteksi anemia di tahap kehamilan selanjutnya.
Pengobatan
Anemia
Jika
seorang ibu hamil mengalami anemia selama kehamilannya, ia mungkin perlu untuk
mulai mengonsumsi suplemen zat besi dan/atau suplemen asam folat di samping
vitamin prenatal lainnya. Dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan untuk
menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi asam folat dan zat besi dalam
makanannya.
Selain
itu, sang ibu akan diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan darah setelah
jangka waktu tertentu sehingga dokter atau bidan dapat memeriksa bahwa
hemoglobin dan kadar hematokrit membaik.
Untuk
mengobati kekurangan vitamin B12, dokter atau bidan mungkin menyarankan agar
mengonsumsi suplemen vitamin B12.
Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti:
Dokter mungkin juga menyarankan untuk menyertakan makanan hewani lebih dalam makanan, seperti:
- Daging
- Telur
- Produk susu
Pencegahan Anemia pada
Kehamilan
Untuk mencegah anemia selama kehamilan,
pastikan wanita hamil mendapatkan cukup zat besi. Makan makanan yang seimbang
dan tambahkan lebih banyamakanan yang tinggi zat besi ke dalam makanan.
Targetkan setidaknya tiga porsi sehari
makanan kaya zat besi, seperti:
- Daging merah, unggas, dan ikan
- Sayuran berdaun hijau gelap (seperti bayam, brokoli, dan kale)
- Sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian
- Kacang-kacangan, lentil, dan tahu
- Kacang-kacangan dan biji-bijian
- Telur
Makanan yang tinggi
vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat besi. Makanan tersebut
termasuk:
- Buah dan jus jeruk
- Stroberi
- Kiwi
- Tomat
- Paprika
Cobalah makan makanan tersebut pada
saat yang bersamaan ketika makan makanan kaya zat besi. Misalnya, sang ibu bisa
minum segelas jus jeruk dan mengonsumsi sereal yang diperkaya zat besi untuk
sarapan.
Selain itu, pilihlah makanan yang
tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat. Makanan kaya asam
folat termasuk:
- Sayuran berdaun hijau
- Buah dan jus jeruk
- Roti diperkaya dan sereal
- Kacang kering
MINUMAN
PENCEGAH ANEMIA
·
14 g daun jelantang kering
·
14 g daun peterseli kering
·
14 g daun comfrey kering
·
14 g yelow
dock kering
·
14 g daun pappermint
·
Masukkan herba ke dalam wadah dan
tuangkan 4 cangkir air
·
Rendam dalam air panas (kurang dari 100
derajat Celcius) minimal selama 8 jam
·
Minuman ini merupakan sumber zat besi,
asam folat, vitamin B12, dan vitamin C terbaik
·
Mint berguna untuk memberikan rasa pada
minuman
·
Minum sebanyak 4 gelas setiap hari
selama 1 minggu setiap bulan
Penanganan
:
·
Suplemen tersedia dalam bentuk zat besi
fero dan feri
·
Bentuk fero adalah bentuk yang paling
siap diabsorpsi
·
Elemen zat besi mengindikasikan jumlah
zat besi yang tersedia untuk diabsorpsi
·
Anemia yang tergolong berat mengharuskan
asupan suplemen zat besi harian (60-120 mg elemen zat besi 1 kali sehari)
·
·
Efek
samping :
·
Mual
·
Konstipasi
·
Diare
·
Kram
·
Fese berwarna hitam
Ikuti petunjuk dokter atau bidan untuk mengonsumsi
vitamin prenatal mana yang mengandung jumlah yang cukup asam besi dan folat.
Vegetarian dan vegan harus berkonsultasi dengan dokter
mereka tentang apakah mereka harus mengambil suplemen vitamin B12 ketika mereka
sedang hamil dan menyusui.
BAB III
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
C.
DEFINISI
Anemia adalah
suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari
paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan
biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah
sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah.
Anemia
diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
D.
ETIOLOGI
Kebanyakan anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan
tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Kurang gizi (malnutrisi)
2.
Kurang zat besi dalam diit
3.
Malabsorpsi
4.
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan
lain-lain
5.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria
dan lain-lain
E
KLASIFIKASI
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
1.
Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
b.
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat
parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi
besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil
muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan
III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)
Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)
Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)
Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)
Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu
rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori
akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
Wanita memerlukan zat besi yang lebih tinggi dari
laki-laki karna terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 dan 80 cc
setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr . Di samping itu
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menigkatkan jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering wanita hamil mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan semakin menjadi enemis
Sebagai gambaran berapa
banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut :
Meningkatkan sel darah
ibu 500mgr Fe
Terdapat dalam plasenta 300mgr Fe
Untuk darah janin 100
mgr Fe

900
mgr Fe
Jika persedian cadangan
Fe minimal,maka setiap kehamilan akan menguras persedian Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.Pada kehamilan relatif terjadi anemia
karna darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) Dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 Sampai 34 minggu .jumlah
peningkatan darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Jika hemoglobin
ibu sebelum hamil sekitar 11% maka dengan terjadinya hemodilusi akan
mengakibatkan anemia hamil fisiologis. Dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai
10gr%.
Setelah persalianan
dengan lahirnya plasenta dan pendarahan ,ibu akan kehilangan zat besi sekitar
900mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal
sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam
keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat di laksanakan dengan baik.
GEJALA
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
· Ibu mengeluh cepat lelah,
· Sering pusing,
· Mata berkunang-kunang,
· Malaise,
· Lidah luka,
· Nafsu makan turun (anoreksia),
· Konsentrasi hilang,
· Nafas pendek (pada anemia parah); dan
· Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Petunjuk
Absorpsi Zat Besi
Konsumsi suplemen zat besi di antara waktu makan
atau 30 menit sebelum makan
Hindari mengkonsumsi kalsium dan magnesium bersama
dengan zat besi
Konsumsi zat besi bersama dengan vitamin C (jus
jeruk, jus tomat)
Masak makanan kaya zat besi dengan sedikit air,
dalam waktu singkat
Zat besi yang berasal dari daging, unggas, dan ikan
paling mudah diabsorpsi
Darah : Elektroforisis hemoglobin
F.
PATOFISIOLOGI
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN
1. Jumlah darah lengkap (JDL)
: hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat
(aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan
(AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit :
bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah :
mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan
adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau
penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah
: berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu,
sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama
dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB);
tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat
(DB)
12. Masa perdarahan : memanjang
(aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan
eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif
untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut /
kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan
sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan
radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Laboratorium
Rumus: Ht = x 3; hb normal = 12-16 g/dl
Hitung darah lengkap dengan indeksnya
(MCV,MCHC,RDW,retikolusit) MCV normal= 80-96.
Hitung retikulosit mengindasikan jumlah sel darah
merah (SDM) yang imatur, meningkat 2-3 minggu setelah permulaaan terapi zat
besi untuk anemia
Rentang hidup SDM = 120 hari
H. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
A.
Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat
pasien
1.
Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel
sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
2.
Kaji riwayat keluarga
B.
Lakukan hitungan darah lengkap pada
kunjungan awal.
1. Morfologi
a.
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang
b.
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat
besi
c.
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.
Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.
Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat
menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b.
Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang
normal dan sehat.
c.
Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar
yang rendah, namun masih normal.
d.
Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu
kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
e.
Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan
anemia megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2
atau 3 kali/hari.
f.
Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak
berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)
Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c)
Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)
Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)
Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)
Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila
klien keturunan Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.
Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan ,
yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.
Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin
IV-Penatalaksanaan B2).
2.
Konsultasikan ke dokter bila:
a.
Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat
terapi
b.
Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c.
Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.
Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
.
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian
pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.
Aktivitas
/ istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea
pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia :
abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku
: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3.
Integritas
ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4.
Konstipasi
berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
Anemia
mikrositik: MCV <80, hipokromik, MCHC rendah
Anemia
makrositik: defisiensi folat/B12, MCV >96, malabsorpsi B12
(kemungkinan kekurangan faktor intrinsik; diet vegetarian).
Anemia
dapat berhubungan dengan volume darah keseluruhan/pengenceran darah, yi.,
kehamilan, hemoragi, dehidrasi
Tindak Lanjut
Ulangi
pemeriksaan hitung darah lengkap dengan indeksnya dalam 2 minggu
Elektroforesis
HB (dilakukan pada semua wanita keturunan Asia, Mediterania, Afrika)
Kepatuhan
pasien
Parasit
Defisiensi
folat
Penyakit
kronis
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria hasil
|
Intevensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
|
Melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
|
1.
Kaji
kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2.
Kaji
kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3.
Awasi
tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4.
Berikan
lingkungan tenang.
5.
Ubah
posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6.
Anjurkan
pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
|
1.
Mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan
2.
Menunjukkan
perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/resiko cedera.
3.
Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
4.
Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5.
Hipotensi
postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
6.
Regangan/stres
kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
|
|
2.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan.
|
Menunjukkan
peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
|
1.
Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2.
Observasi
dan catat masukan makanan pasien.
3.
Timbang
berat badan tiap hari.
4.
Berikan
makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5.
Observasi
dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6.
Berikan
dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat
gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
7.
Kolaborasi
:
1.Berikan
obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin
C),
2.Besi
dextran (IM/IV.)
|
1.
Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2.
Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.
Makan
sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi
gaster.
5.
Gejala
GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.
Meningkatkan
nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7.
Kolaborasi
:
1.
Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan
oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2.
Diberikan
sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat
untuk penggantian oral menjadi efektif.
|
|
3.
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
|
Mngidentifikasi
perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
|
1.
Tingkatkan
cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2.
Pertahankan
teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3.
Tingkatkan
masukan cairan adekuat.
4.
Pantau
suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5.
Kolaborasi:
berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
|
1.
Mencegah
kontaminasi silang.
2.
Menurunkan
resiko infeksi bakteri.
3.
Membantu
dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan
mencegah statis cairan tubuh.
4.
Adnya
proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5.
Mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
|
|
4.
|
Konstipasi
berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
|
Membuat/kembali
pola normal dari fungsi usus.
|
1.
Observasi
warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
2.
Auskultas
bunyi usus
3.
Awasi
masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
4.
Kaji
kondisi kulit perianal dengan sering.
5.
Kolaborasi:
berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
|
1.
Membantu
mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2.
Bunyi
usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.
Dapat
mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
4.
Mencegah
ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.
5. Menurunkan multilitas
usus bila diare terjadi.
|
EVALUASI
1. Terjadi
penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. Tidak
ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
badan yang sesuai.
3.
Perilaku
untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4.
Fungsi
usus mulai kembali normal.
KATA
PENUTUP
Segala puji
bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua,
terutama untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Pada makalah
ini penulis akan membuat makalah yang membahas tentang “ ANEMIA”. Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama
bagi penulis.
Kepada para
pembaca, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan bagi
tulisan yang penulis buat ini. Karena penulis sendiri hanyalah manusia yang
bisa melakukan kesalahan. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca
sekalian untuk menyempurnakan makalah ini.
akhir kata
semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian.
Terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Morgan
Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku
Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber
Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka.
Doenges,
Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa
Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba,
Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB.Jakarta:EGC
Daftar pustaka: Jannah Nurul.2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan : Kehamilan.
Yogyakarta :ANDI
Frye, A.(2004). Holistic midwifery A comprehensive
textbook for midwifery in homebirth practice. Portland,OR: Labrys pres. Smyth
R.M.D, Alldred S. K., & Markham C. (2007). Amniotomy for shortening
spontanneous labor (review). Cochrane Database of Systematic Reviews,
4(CD006167).
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegoor, C. L.
(2004). Varney midwifery (4th ed.). Sudbury, MA: Jones and Bartlett.
Marmi.2014.ASUHAN
KEBIDANAN PATOLOGI.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar